Anggaran Kader Kesehatan Rp1,1 M Tidak Rasional

Anggaran Kader Kesehatan Rp1,1 M Tidak Rasional

\"\"KESAMBI - Sejumlah pihak menyoroti nilai anggaran guna menekan penderita dampak asap rokok dari DBHCHT sebesar Rp1,1 miliar. Anggaran tersebut dimanfaatkan Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk mencetak 300 kader kesehatan. Pengamat yang juga praktisi hukum, Gunadi Rasta SH MH mengomentari, yang harus dilihat adalah manfaat dari produk pelatihan yang ada. \"Semuanya tergantung dari kemanfaatan output. Sejauhmana manfaat yang akan dicapai setelah pelatihan itu dilakukan,\" katanya kepada Radar, kemarin. Harus disoroti pula, sambung Gunadi, sejauhmana masyarakat bisa menikmati atau merasakan manfaat dari kader yang dicetak itu. \"Apabila tidak ada manfaatnya, maka biaya yang dikeluarkan itu menjadi tidak masuk akal dan tidak rasional,\" tegasnya. Akademisi Unswagati, Ipik Permana SIP MSi menuturkan, besar anggaran itu cukup fantastis. Menurutnya, pemanfaatan anggaran tersebut harus transparan agar publik dan masyarakat mengetahui sudah dipakai untuk apa saja anggaran itu. “Nilai anggarannya memang fantastis. Publik perlu tahu untuk apa saja itu,” ujarnya. Ipik mempertanyakan keefektifan program pengkaderan oleh Dinkes. Apakah memang dinilai sangat urgen, atau hanya program biasa. \"Kalau untuk pengkaderan, saya kira program itu hanya stimulus tentatif klasik. Cenderung tidak harus, karena bisa diganti dengan cara lain,\" jelasnya. Bila hanya untuk pengaderan saja menghabiskan hingga Rp1,1 miliar, lanjut dia, terlihat ada indikasi penghabisan dana anggaran menjelang akhir tahun. \"Yang harus kita awasi bersama, bagaimana input dan output kelak. Kalau memang efektif dan sangat bermanfaat, saya rasa tidak masalah,\" tuturnya. Terpisah, mantan Wakil Wali kota Dr Agus Alwafier By MM mengatakan, pola pengaderan menjadi salah satu poin penting dalam hal ini. Bila pola yang diambil salah, maka anggaran tersebut terlalu besar dan sangat fantastis. \"Pembekalannya seperti apa? Karena untuk mencetak kader yang baik, tidak bisa hanya selama satu kali pelatihan. Dan kalau 300 langsung, tidak efektif. Kalau memang yang dicetak itu berkualitas dan bermanfaat, saya rasa tidak apa-apa,\" ucapnya. (kmg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: